Apa kamu tau gimana rasanya jadi aku?
Aku pernah jatuh, lalu terluka,kemudian berdarah dan itu dipastikan begitu perih. Aku mengobati itu dengan usaha ku sendiri.Menahan sakit dan berusaha menjadi obat untuk sakitku sendiri. Aku jatuh di cerita yang aku pilih sendiri.
Aku bahkan pernah meyakinkan diriku sendiri di hadapan cermin,tak akan ada kisah lagi setelah ini. Cukup ini dan hanya ini.
Tapi semua berubah ketika aku mengenal mu. Aku menarik kembali semua ucapan tentang penolakan ku akan kisah yang baru. Aku terbuai dan masuk dalam cerita yang harusnya tak ku jalani itu. Aku terlanjur jalan.yah telah terlanjur berjalan.
Kamu, telah terlanjur menjadi sesuatu yang ada di hati aku. Aku ga perlu waktu lama yang berhari-hari untuk memantapkan diri yakin akan sosok mu. Mungkin aku terlalu bahagia. Kamu berhasil membuat aku merindu ketika kamu jauh. Kamu bisa membuat aku menangis karena merindu. Kamu bisa membuat aku meneteskan air mata karena tlah mengenalkan padaku bagaimana diposisikan sebagai orang yang paling terspesial. Semua indah. Lebih tepatnya semua pernah indah.
Kita pernah sama-sama tersenyum.kita pernah sama-sama saling marah ketika komunikasi kita sedikit terganggu. Kita pernah sama-sama hampir tak bisa menghabiskan waktu tanpa bergandeng tangan. Kita sempat tak ingin melepaskan pandangan.kita sempat sama-sama tak ingin berhenti menyapa meski hanya lewat pesan singkat.
Hingga karena sebuah kesalahpahaman, itu awal dari semua sakit diselabahagia kita. Aku juga belum mengerti, posisi apa ini? Apa aku yang selama ini masuk ke kehidupan mu yang sedang dilema karena masalalu Atau memang ini adalah cerita manusiawi yang ketika semua bahagia jadi hilang hanya karena 1 kepedihan?
Aku belum mengerti. Yang jelas seolah semua berakhir begitu saja. Tanpa kata pisah dan tanpa lambaian tangan. Yang jelas semua kata-kata yang dulu hampir setiap hari jadi alasan ku tersenyum,tiba-tiba jadi alasan tuk ku menangis. Rasanya aku tak ingin pesan singkat ataupun kata-kata dari mulutmu terbaca atau terdengar lagi. Semua terkesan ketus. Semua menyakitkan. Semua kini jadi alasan ku tuk menangis.
Kadang aku bertanya pada Tuhan,kenapa keadaan ini ada setelah aku mulai membukahati dan bersiap dengan cerita baru?
Kenapa pula kamu bisa berubah secepat ini?
Apa kamu datang hanya untuk membagi sedikit bahagia padaku dan lalu pergi lagi?
Ini lebih menyakitkan dari kesakitan beruntun beberapa tahun yang lalu. Tuhan.ini lebih kejam dari itu.
Kamu ga perlu membaca semua yang aku tulis. di sini (hati) nama kamu sudah terlanjur ada dan menetap. Aku tau,ini hanya sekedar nama. Bukan sosokmu.
Sekarang aku harus kembali berfikir tuk kembali mengobati hati. Hal yang paling aku takutkan tiba-tiba terjadi. Di saat aku mulai sering menyebut dan mengingat nama mu..di saat yang sama pula kamu pergi dan meninggalkan sakit.
Tuhan, seandainya cerita ini ga pernah ada. Mungkin kini aku ga perlu melakukan perjuangan apapun tuk kembali menata hati aku.
Apa kamu pernah berfikir bagaimana aku yang telah terbiasa ada kamu,dan tiba-tiba harus sendirian berjalan? Aku yang selalu minta kamu tuk genggam tangan ku kemana pun aku pegi,tiba-tiba harus menggepalkan tanganku tuk kuat ketika berjalan sendiri. Aku yang terbiasa dengan sapaan mu saat aku membuka mata, kini aku hanya melihat layar ponsel yang kosong tanpa panggilan dan pesan singkat itu.
Aku bagaimana? Serapuh apa? Sesakit apa?apa pernah terpikir itu?
Apa bisa kamu bayangkan bagaimana rasanya jadi aku? Ketika mereka bertanya ke mana kamu. Ketika aku tak sengaja melihat semua pesan-pesan singkat dulu. Ketika aku melewati semua tempat yang pernah kita datangi dulu? Aku bisa apa? Biaskah kau bayangkan bagaimana rasanya jadi aku ketika aku harus menahan tangis ketika mengingat semua kisah ini?
Aku yakin luka ini akan sembuh. Tapi aku tak yakin bahwa aku akan baik-baik saja ketika aku kembali mengingat penyebab dari luka ini. Learn more »